CONTOH PTK IPS SD
KAMI MEMBANTU ANDA MENYUSUN PTK/PTS LENGKAP, MURAH
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
Untuk Melihat Detail Harga dan Katalog Judul PTK IPS Yang Kami Sediakan Silahkan klik Disini
IMPLEMENTASI METODA BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VI SD NEGERI S........... KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN ...........
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fungsi
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar adalah untuk
mengembangkan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial serta wawasan
tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan mas dunia di masa lampau
dan masa kini. Sedangkan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar
adalah untuk mengambil akan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengembangkan
pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu
hingga masa kini, sehingga siswa memilki kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia dan cinta kepada tanah air (GBPP Kurikulum Pendidikan Dasar,
1999).
Pencapaian
fungsi dan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah menjadi
penting untuk dapat dilaksankan oleh guru dalam proses belajar mengajar
dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran fungsi dan tujuan tadi
sebagaimana dijelaskan dalam GBPP IPS Sekolah Dasar Tahun 1999 sebagai
berikut :
Bahan
kajian IPS SD diorganisasikan mulai dari bagian pelajaran yang dekat
dan sederhana di sekitar anak ke yang lebih luas dan kompleks.... Tujuan
merupakan tolak ukur pengalaman belajar yang harus dicapai oleh siswa
setelah mempelajari satu atau beberapa pokok bahasan....... Dalam
pelaksanaan kegiatan Belajar mengajar (KBM) guru baik secara fisik,
mental (pemikiran dan perasaan), dansosial serta sesuai dengan tingkat
perkembangan Sekolah Dasar (h. 122-123)
Akan
tetapi karena bahan belajar IPS yang cakupannya beragam dan luas serta
tuntutan kurikulum yang sarat dengan muatan yang harus disampaikan
kepada siswa dengan lokasi waktu yang terbatas, guru mengalami kesulitan
dalam menyajikan bahan ajar IPS dengan baik, menarik, dan menantang
minat belajar siswa, pada akhirnya pembelajaran IPS yang dilaksanakan di
Kelas VI SD Negeri .......... adalah dengan melakukan pembelajaran
untuk dapat mengejar target.
Tuntutan
kurikulum dengan mengandalkan bahan belajar dari buku sumber IPS Kelas
VI yang tersedia. Metode mengajar yang selama ini dirasakan kurang cocok
untuk menyampaikan materi ceramah sehingga upaya untuk dapat melibatkan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPS masih kurang.
Perhatian
orang tua siswa terhadap sekolah khususnya orang tua siswa Kelas VI SD
Negeri .......dirasakan kurang. Akibat kurang perhatian orang tua
siswa ini ditunjukan dengan banyaknya siswa yang tidak mengerjakan
pekerjaan rumah" (PR) dari mata pelajaran yang ada, lebih-lebih terhadap
mata pelajaran IPS yang memang "budaya belajar" siswa terhadap mata
pelajaran ini sangat rendah. "Sering terdengar pengajaran IPS merupakan
pelajaran yang kurang populer dl kalangan anak-anak" (Djoko
Suradisastra, 1993:63). Kekurang populeran pelajaran IPS di kalangan
siswa antara lain disebabkan (1) hampir sebagian besar orang tua lebih
mementingkan baca, tulis dan hitung saja sementara mata pelajaran IPS
dianggap mata pelajaran kelas dua sehingga mau tidak mau sikap orang tua
seperti ini akan mempengaruhi pelajaran minat siswa terhadap mata
pelajaran ini., (2) sifat dari mata pelajaran baca, tulis dan hitung
lebih bersifat tegas dan pasti sementara mata pelajaran IPS tidaklah
demikian, (3) banyak bahan pelajarannya telah diketahui oleh para siswa
di luar buku pelajaran.
Sementara
itu alat tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap
mata-mata pelajaran yang diajarkan sering kali hanya mengukur kemampuan
pengetahuan siswa. Demikian pula mata pelajarm IPS alat tes yang
digunakan hanya melulu menekankan kepada kemampuan siswa sehingga
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar IPS di Kelas VI SD Negeri ........yang dilakukan oleh guru berusaha untuk membekali siswa-siswanya dengan
bekal pengetahuan yang berupaya untuk bisa menjawab soal tes.
Dengan
permasalahan yang digambarkan di atas, salah satu metode belajar
mengajar yang dianggap dapat melibatkan siswa aktif dalam kegiatan
belajar mengajar IPS di antaranya adalah metode belajar secara
berkelompok. Sebab dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan
belajar mengajar IPS akan dirasakan berkesan dan bermakna sekaligus
dapat mendorong siswa belajar lebih lanjut, melalui belajar secara
berkelompok siswa dapat belajar untuk lebih kreatif dalam memecahkan
masalah secara bergotong royong bahu membahu dalam mencapai tujuan.
Kegiatan
belajar mengajar dengan menerapkan metode belajar secara berkelompok
dipandang sebagai pengalaman belajar yang mengarahkan siswa kepada
prestasi siswa yang tinggi. Lingkungan belajar dengan interaksi yang
multi proses akan sangat potensial untuk dapat membimbing siswa dalam
pengembangannya. Namun demikian, dalam situasi pembelajaran bentuk
apapun, pengembangan kemampuan siswa akan bisa terkembangkan apabila
guru meningkatkan kemampuannya dalam mengelola kelas. Dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar guru harus menjadi mediator dan fasilitator
yang baik sehingga proses pembelajaran yang sudah dirancang akan
terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, dalam belajar secara
berkelompok siswa diarahkan agar mengembangkan sika-sikap untuk
pencapaian akademik yang tinggi, pemahaman yang mendalam terhadap materi
yang dipelajari, bahwa belajar itu menyenangkan. pengembangan
keterampilan kepemimpinan, mendorong sikap-sikap yang positif. mendorong
kepercayaan diri, pengembangan rasa memiliki, dan mendorong saling
menghargai satu sama lain.
Dalam
Penelitian tindakan kelas ini akan dicoba diterapkan metoda belajar
secara berkelompok dalam kegiatan belajar mengajar IPS di Kelas VI SD
Negeri ........... melalui tindakan-tindakan pembelajaran yang terlebih
dahulu dirancang sebelum melakukan tindakan tersebut.
B. Rumusan Masalah.
Masalah
penelitian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini adalah
penerapan metode belajar secara berkelompok dalam melibatkan siswa
dengan kegiatan belajar mengajar IPS di Kelas VI SD Negeri..........
membantu melakukan kegiatan, nunusan masalahnya diperinci menjadi
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah siswa memilih atau menentukan teman dalam membentuk kelompok belajarnya ?
2. Keterampilan-keterampilan apa sajakab yang dikembangkan ketika siswa belajar bersama dalam kelompoknya ?
3. Bagaimanakah
metode belajar secara berkelompok dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa dalam mata pelajaran IPS di Kelas VI SD Negeri ......... ?
4. Apakah
metode belajar secara berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran IPS di Kelas VI SD Negeri...............
C. Tujuan Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang
metoda belajar secara berkelompok dalam upaya untuk melibatkan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar IPS yang diusahakan dan diciptakan guru.
Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan :
1.
Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang bagaimana siswa
memilih atau menentukan teman dalam membentuk kelompok belajarnya;
2. untuk
mengetahui dan memperoleh gambaran tentang keterampilan-keterampilan
apa saja yang dikembangkan ketika siswa belajar bersama dalam
kelompoknya;
3. untuk
mengetahui dan memperoleh gambaran tentang sejauh mana metoda belajar
secara berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPS di Kelas VI SD Negeri .............
4. untuk memenuhi salah satu syarat dalam usulan Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Guru dari Golongan IVa ke golongan IVb.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian
ini diharapkan akan dapat memberikan dan memiliki manfaat dalam
meningkatkan proses belajar mengajar mata pelajaran IPS antara lain
sebagai berikut :
1. Menambah
wawasan pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengatasi permasalahan
yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar IPS di Sekolah Dasar yang
diselenggarakan khususnya bagi guru.
2. Untuk
memberikan pengalaman kepada siswa bahwa belajar IPS itu tidak
membosankan tetapi menyenangkan sehingga tumbuh minat belajar siswa
terhadap mata pelajaran IPS.
3. Dengan
dilakukan penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan masukan yang
positif bagi sekolah sehingga sekolah dapat meningkatkan mutu
lulusannya.
4. Dapat
memberikan masukan dalam upaya untuk mengaktifkan pembinaan dan
pengelolaan pembelajaran IPS dalam pelaksanaan pendidikan di Sekolah
Dasar
"Melalui
metoda belajar secara berkelompok siswa difasilitasi dan didorong untuk
belajar secara aktif dalam kelompok sehingga siswa akan terlibat secara
aktif dengan kegiatan belajar mengajar IPS".
E. Definisi Operasional
Untuk
menghindari kemungkinan terjadinya salah penafsiran terhadap
istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini karena itu,
penulis akan mendefinisikan secara operasional istilah-istilah tersebut
sebagai berikut : Penerapan adalah "hal (perbuatan dan sebagainya)
mempergunakan sesuatu". Berdasarkan penjelasan ini, yang dimaksud dengan
Penerapan adalah suatu kegiatan mempergimakan sesuatu (kamus umum
Bahasa Indonesia (1985:33).
Metode
belajar secara berkelompok adalah metode mengajar dengan mengelompokan
siswa menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan atau membahas tugas
yang dibebankan kepada kelompok tersebut. Menurut Moedjiono (Johar
Permana dan Mulyani Sumantri, 1999 : 148) disebutkan bahwa metode ini
"Menitik beratkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu
kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama.
Meningkatkan
aktivitas belajar berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (1985:1078)
dijelaskan bahwa meningkatkan adalah "menaikan (derajat, taraf, dsb);
mempertinggi, mempertebal". Sementara aktivitas, menurut Kamus Umum
bahasa Indonesia (1985 :26), adalah "Kegiatan, kesibukan". Sedangkan
pengertian belajar menurut pendapat Morgan dkk. (Johar Permana dan
Mulyani Sumantri 1999:15) dijelaskan bahwa belajar merupakan "setiap
pembahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil
latihan dan pengalaman". Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah
dijelaskan ini, maka yang dimaksud dengan meningkatkan aktivitas belajar
dalam judul penelitian ini adalah menaikan atau mempertinggi kegiatan
atau kesibukan belajar siswa.
Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan
sosial yang didasarkan atas bahan kajian Geografi, ekonomi, sosiologi,
antropologi, tata negara, dan sejarah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengerian IPS di Sekolah Dasar
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu dari mata pelajaran yang
diajarkan di Sekolah Dasar. IPS adalah "mata pelajaran yang mempelajari
kehidupan sosial yang didasarkan bahan kajian geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi, tata negara, dan “sejarah" (Depdikbud, 1994 :
15). " Ilmu Pengetahuan Sosial " (IPS) berasal dari pada kata yang
dianggap paling cocok untuk kata "Social Studies". National Council for
Social Studies di Amerika Serikat mendifinisikan seperti itu.
IPS
adalah sebuah mata pelajaran dasar kurikulum sekolah (TK s.d SMU) yang
merupakan (1) mengambil tujuannya dari sifat kewarga negaraan suatu
masyarakat yang demokratis yang berhubungan erat dengan bangsa-bangsa
dan orang orang di dunia; (2) mengambil sebagian besar konten meteri
pelajarannya dari sejarah, ilmu-ilmu sosial, dan (3) diajarkan dengan
cara mereflesikan kesadaran pribadi, sosial dan ilmu pengalaman kultural
dan perkembangan siswa. (h.26)
Fungsi
mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah untuk mengembangkan
kemampuan dan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial, serta
kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia
dimasa lampau dan masa kini.
Mata
pelajaran IPS di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa mampu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam
kehidupan sehari-hari serta mampu mengembangkan pemahaman tentang
perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini
sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta
kepada tanah air (GBPP Kurikulum Pendidikan Dasar, 1994).
Dua
bidang kajian pokok IPS di SMP, menurut GBPP Kurikulum Pendidikan Dasar
Tahun 1999, adalah (1) pengetahuan sosial meliputi lingkungan sosial
dan ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan ; dan (2) sejarah akan tetapi,
Hunkin et al., 1982 Welton dan Mallan, l988; Marker dan Mehlinger, 1992;
dan Skeel, 1994 menjelaskan bahwa isi materi IPS pada umumnya diambil
dari disiplin ilmu yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial seperti
sejarah, geografi, ilmu politik, antropologi, sosiologi, psikologis, dan
berbagai macam spesialisasi lainnya.
Di
Sekolah Dasar dan sekolah menengah, menurut Welton dan Millan (1989)
IPS digabungakan dari berbagai disiplin ilmu sosial ke dalam satu mata
pelajaran yang di sebut "IPS" atau "Social Studies". Penggabungan ini
dimaksudkan untuk membantu siswa bisa melihat hubungan satu sama lain
dari berbagai disiplin ilmu yang terkait dalam IPS. Sebab hubungan ihi
dianggap oleh siswa siswa kurang jelas bila setiap disiplin yang
dikemukakan di atas diajarkan secara terpisah.
Marker dan Mehlinger (1992: 831) menjelaskan bahwa :
IPS
bukan sejarah, geografi, ilmu politik, ekonomi, atau apapun namanya.
Tujuan mata pelajaran IPS adalah untuk memberikan siswa pengetahuan,
nilai-nilai keterampilan, dan pengalaman yang mereka butuhkan untuk
menjadi anggota masyarakat yang aktif. Kurikulum K-12 (TK s.d SMU) yang
dirancang harus diarahkan kepada tujuan ini. Tentunya, siswa harus
mempelajari semua disiplin ilmu yang telah ditentukan oleh pakar. IPS
adalah inter disiplin ilmu yang mempunyai kekhususan sendiri.
Meskipun
isi materi IPS dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, akan tetapi
tujuan dan maksud IPS dengan ilmu sosial adalah berbeda. Hunkin et al.
(1982) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :
Tujuan
utama ilmu-ilmu sosial adalah untuk menghasilkan pengetahuan yang baru
dan untuk menguji pengetahuan yang sudah ada tentang diri kita sebagai
manusia.
Akan
tetapi pendidik mata pelajaran IPS tidak memperdulikan dengan
menghasilkan ilmu sosial baru. Tujuan mereka adalah memberikan siswa
sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk berpartisipasi
di masyarakat tingkat lokal, nasional dan masyarakat dunia. IPS secara
nyata mempelajari tentang diri kita sendiri dan yang lainnya dan
bagaimana kita berhubungan dengan orang dan dengan lingkungan.
Skeel
(1994) menjelaskan bahwa IPS atau social studies dalam kurikulum
sekolah dirancang untuk membekali anak didik menjadi "warga negara yang
baik". Selanjutnya Skeel (1994) berkomentar sebagai berikut:
IPS
adalah cakupan kurikulum yang dimaksudkan untuk meperkenalkan siswa
dengan lingkungan mereka dan hubungan antar manusia sehingga mereka
menjadi "warga negara yang baik". Konten IPS dambil dari sejarah dan
ilmu-ilmu sosial .
Tujuan-tujuan
yang diprogramkan untuk IPS di Sekolah Dasar adalah untuk membantu
siswa dalam perkembangan konsep diri sendiri yang baik, membantu siswa
mengenal dan menghargai masyarakat global yang multi budaya; lebih
memperdalam proses sosialisasi-sosial, ekonomi, dan politik; memberikan
pengtahuan masa lalu dan masa kini sebagai dasar untuk pembuatan
keputusan, dan mendorong peranan partisifasi aktif di masyarakat.
(h.5572-5573).
B. Pengertian Belajar Secara Berkelompok
Belajar
secara berkelompok adalah metode mengajar dengan mengelompokan siswa
menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan atau membahas tugas yang
dibebankan kepada kelompok tersebut. Menurut Moedjiono (Johar Permana
dan Mulyani Sumantri, 1999:148) disebutkan bahwa metode ini "menitik
beratkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok
guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama''. Belajar
bersama dalam kelompok menekankan kepada lingkungan belajar untuk
bekerja sama dalam mendorong interaksi antar siswa sehingga para siswa
akan dapat saling memahami dan saling menghargai satu sama lain dalam
hal pandangan-pandangan atau gagasan-gagasan terhadap suatu topik
pembelajaran yang akan atau sedang dibelajarkan oleh guru.
Pembelajaran
yang dilakukan oleh guru ketika menerapkan metode belajar secara
bersama dalan kelompok mempunyai peluang untuk dapat melibatkan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga pembelajaran macam ini
akan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Melalui
kegiatan belajar secara bersama dalam berkelompok, siswa dapat belajar
lebih kreatif dalam menemukan dan memecahkan masalah. Siswa memahami
bahwa melalui kerja sama dalam kelompok akan diperoleh banyak ide dan
gagasan untuk dipertimbangkan. Melalui belajar secara bersama dalam
kelompok siswa akan bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Pembelajaran
dengan metode belajar secara bersama dalam kelompok merupakan bentuk
pembelajaran yang menuntut kemampuan berfikir dan kemampuan memberikan
umpan balik terhadap masalah yang dibahas secara bersama dalam kelompok.
Aktivitas dalam kerjasama tampak bila dua atau lebih anggota dalam
kelompok belajar secara bersama untuk mencapai tujuan. Dua elemen
penting dalam kegiatan belajar secara bersama adalah kesamaan tujuan dan
sikap saling tergantung antar anggota dalam kelompok tersebut.
Dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang diterapkan guru melalui
metode belajar secara bersama dalam kelompok, siswa dituntut untuk
memiliki keterampilan bekerja secara dalam empat bidang kemampuan, yakni
(1) kemampuan membentuk kelompok, (2) kemampuan bekerja bersama dalam
kelompok, (3) kemampuan memecahkan masalah sebagai anggota kelompok
belajar meliputi kemampuan mendefinisikan masalah, curah pendapat,
mengklarifikasi ide, mengkonfirmasikan ide, mengorganisasikan informasi,
(4) kemampum memahami serta menerima perbedaan mencakup kemampuan
menerima negosiasi dan pendapat orang lain atau melihat mesalah dari
sudut pandang yang berbeda.
Kegiatan
belajar mengajar dengan menerapkan metode belajar secara bersama dalam
kelompok dipandang sebagai pengalaman belajar yang mengarahkan siswa
kepada prestasi siswa yang tinggi. Lingkungan belajar dengan interaksi
yang multi proses akan sangat potensial untuk dapat membimbing siswa
dalvn mengembangkannya. Namun demikian, dalam situasi pembelajaran
bentuk apapun, pengembangan kemampuan siswa akan bisa terkembangkan
apabila guru meningkatkan kemampuannya dalam mengelola kelas. Dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar melalui penerapan metode belajar
secara bersama dalam kelompok guru harus menjadi mediator yang baik
sehingga proses pembelajaran yang sudah dirancang akan terlaksana dengan
baik pula. Oleh karena itu, dalam belajar secara bersama dalam kelompok
siswa diarahkan agar mengmbangkan sikap-sikap untuk pencapaian akademik
yang tinggi, pemahaman yang mendalam terhadap materi yang dipelajari,
bahwa belajar itu menyenangkan, pengembangan keterampilan kepemimpinan,
mendorong sikap-sikap yang positif, mendorong kepercayaan diri,
pengembangan rasa memiliki, dan mendorong mutual respect (Johnson dan
Johnson, 1990).
C. Pembelajaran IPS Melalui Metoda Belajar Secara Berkelompok
Pembelajaran
dengan menerapkan metode belajar secara bersama dengan membentuk
kelompok-kelompok kecil di SD masih merupakan suatu dilema terutama
dirasakan oleh guru-guru yang masih kurang terampil dalam menggunakan
metode dan teknik belajar semacam ini. Siswapun akan merasakan bahwa
pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil yang terapkan guru bukan
merupakan pembelajaran yang sebenarnya. Para siswa pada umumnya masih
menyangka bahwa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil ini adalah
suatu pembelajaran yang harus berlangsung untuk menunggu pembelajaran
yang akan dilakukan guru dengan metode ceramah. Padahal metode
pembelajaran yang sama dalam kelompok-kelompok kecil seperti ini
merupakan metode pembelajaran yang mempunyai kekuatan yang efektif untuk
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sulit bahkan tak
mungkin bagi guru untuk belajar secara bersama satu sama lain apabila
siswa hanya belajar secara klasikal saja. Lagi pula dalam pembelajaran
yang bersifat klasikal hampir tak mungkin siswa dapat mengutarakan
pendapat dan opininya kepada teman yang lainnya. Siswa yang terlibat
diskusi dalam suatu pembelajaran klasikal harus menunggu lama untuk
mendapatkan kesempatan berbicara (Welton dan Millan, 1988).
Pembelajaran
IPS melalui penerapan metode belajar secara bersama mencakup hal-hal
perkembangan kosep diri siswa, membantu siswa dalam mengenal dan
menghargai masyarakat global yang multi budaya; lebih memperdalam proses
sosialisasi-sosialisasi ekonomis, dan politik; memberikan pengetahuan
masa lalu dan masa kini sebagai dasar untuk pembuatan keputusan; dan
mendorong peranan partisipasi aktif di masyarakat yang diharapkan dapat
dikuasai oleh siswa yang bisa dicapai melalui belajar secara bersama
dalam kelompok.
Penerapan
metode belajar secara bersama dalam kelompok menuntut guru untuk dapat
mengelompokan siswa secara arif dan bijaksana serta profesional yang
didasarkan kepada : (1) fasilitas yang tersedia untuk mendukung
terlaksananya belajar secara bersama dalam kelompok, (2) perbedaan
individual setiap siswa dalam hal minat belajar dan kemampuan
belajarnya, (3) jenis tugas dan pekerjaan yang dibebankan, (4) wilayah
tempat tinggal siswa, (5) jenis kelamin, (6) memperbesar partisipasi
siswa dalam kelompok, dan (7) berdasar pada random (Johar Permana dan
Mulyani Sumantri, 1999).
Pembagian
kelompok siswa dalam memilih anggota-anggotanya sebaiknya didasarkan
atas kebervariasian atau heterogen dalam hal kemampuan belajar maupun
jenis kelamin siswa agar terjadi dinamika kegiatan belajar yang lebih
baik sehingga tidak terkesan berat sebelah dengan adanya kelompok yang
kuat dan kelompok yang lemah.
Tujuan
penerapan metode belajar secara bersama dalam kelompok menurut Moejiono
(Permana dan Sumantri, 1999) adalah untuk; (1) memupuk kemauan dan
kemampuan kerjasama para siswa, (2) meningkatkan keterlibatan sosio
emosional dan inteletual siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang
diterapkan guru dan (3) Meningkatkan perhatian kepada proses dan hasil
dari kegiatan belajar mengajar secara berimbang dan profesional.
Sementara itu, alasan yang melatar belakangi mengapa metode belajar
secara bersama dalam kelompok perlu diterapkan dalam pembelajaran dan
bahwa (1) siswa dapat bekerja secara bersama dengan anggotanya dalam
satu kesatuan tugas, (2) agar siswa dapat mengembangkan kekuatan dalam
mencari dan menemukan bahan untuk menyelesaikan dan melaksanakan tugas
yang dibebankan tersebut, dan (3) agar siswa dapat beraktivitas secara
aktif dalam belajarnya.
Penerapan
metode belajar secara bersama dalam kelompok memiliki peluang untuk
dapat membuat siswa terlibat aktif dalam mencari bahan untuk
menyelesaikan beban tugas yang menjadi tanggung jawab kelompoknya.
Selain itu dengan menerapkan metode belajar bersama dalam kelompok dapat
berpeluang lagi siswa untuk saling menggalang kerjasama kekompakan
kelompoknya. Pengembangan kepemimpinan siswa dan keterampilan berdiskusi
dalam proses kelompok merupakan kekuatan penerapan metode ini bagi
siswa. Sementara itu penerapan metode belajar secara bersama dalam
kelompok memiliki kekurangan bagi siswa yang kurang aktif sehingga siswa
tadi kurang berperan dalam kelompoknya sementara siswa yang aktif dapat
berperan dalam kelompoknya.
D. Evaluasi Pembelajaran IPS Model Belajar Secara Berkelompok
Evaluasi
atau penialian adalab suatu proses yang sistematik untuk dapat
mengetahui tingkat keberhasilan yang telah dicapai dan efisiensi suatu
program yang dijalankan .
Program
yang berkelanjutan dan berulang-ulang dalam pelaksanaanya jelas
membutuhkan adanya evaluasi untuk mengetahui efisien atau tidaknya suatu
program tersebut. Dengan adanya evaluasi akan dapat diketahui apakah
tujuan telah tercapai atau belum. Apabila tujuan telah tercapai dengan
baik dengan waktu, daya dan dana yang sesuai dengan program yang telah
dirancang, maka dapat dikatakan program tersebut telah berhasil (Ischak,
1996).
Dalam
kegiatan belajar mengajar yang melaksanakan evaluasi terahadap kegiatan
belajar mengajar tersebut adalah guru. Evaluasi diperlukan oleh guru
untuk dapat memperbaiki atau menyempurnakan kegiatan belajar mengajar
yang telah dilaksanakan karena guru selalu berinteraksi dengan siswa
sehingga guru yang paling mengetahui dan menghayati permasalahan yang
dihadapi siswa-siswanya untuk dicarikan upaya menanganinya.
Prestasi
belajar siswa sebagai basil dari kegiatan belajar mengajar dapat diukur
melalui alat ukur yang disebut tes. Tes adalah himpunan pertanyaan yang
harus dijawab oleh orang yang dites (siswa). Dalam tes, tingkat
kemampuan siswa dalamn hal menguasai bahan pelajaran yang telah
diajarkan guru diukur tingkat keberhasilannya.
Dalam
rangka mendapatkan hasil penelitian yang optimal dan akurat, kegiatan
evaluasi hendaknya didasarkan pada prinsip integral, prinsip
berkesinambungan, dan prinsip obyektif. Dengan demikian evaluasi akan
menjadi utuh dan menyeluruh menyangkut perilaku, sikap, dan kreativitas
siswa seeara berencana, terus-menerus dan bertahap untuk dapat
memperoleh gambaran perkembangan tingkah laku siswa sebagai basil dari
kegiatan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Agar obyektif maka haruslah
digunakan alat ukur yang baik dan dilaksanakan secara obyektif sehingga
dapat menggambarkan dengan tepat kemampuan yang diukur.
Evaluasi
di Sekolah Dasar didasarkan pada interaksi antara dua pendekatan yaitu
pendekatan yang berorientasi pasa proses dan yang berorientasi pada
produk (Numan Sumantri, 1991). Oleh karena itu, evaluasi yang dilakukan
dalam pembelajaran IPS juga berupa evaluasi proses dan produk. Bentuk
produk dalam hal ini adalah laporan hasil kerja sama dalam kelompok
siswa.
E. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam kegiatan belajar mengajar maknanya
sama dengan Student Active Learning (SAL) yang merupakan konsekuensi
logis dari suatu pengajaran. Dalam suatu Kegiatan belajar mengajar
hampir tidak mungkin tanpa terjadi adanya keaktifan siswa dalam belajar,
tetapi kadar atau bobot keaktifan tergantung aktivitas belajar
siswanya. Ada keaktifan belajar siswa yang dikategorikan tinggi, sedang
dan rendah.
Apabila
dibuat rentang skala dari 0 sampai dengan 10, maka keaktifan belajar
siswa tadi berada pada skala 1 sampai dengan 10, tidak ada keaktifan
belajar siswa yang berskala 0. CBSA pada dasarnya merupakan usaha untuk
meningkatkan atau mempertinggi aktivitas belajar siswa dalam suatu
kegiatan belajar mengajar (Nana Sujana dan Daeng Arifin, 1988).
CBSA
dalam kegiatan belajar mengajar menempatkan siswa sebagai subyek didik
untuk terlibat aktif secara intelektual dan secara emosional sehingga
belajar yang difasilitasi dan berpartisipasi dan berperan aktif dalam
melakukan kegiatan belajar yang difasilitasi dan didorong oleh guru
dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Dalam CBSA siswa dipandang
sebagai obyek sekaligus sebagai subyek dalam melakukan aktivitas atau
kegiatan belajarnya sementara guru melakukan upaya dalam mengajarnya
untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar secara optimal. Dengan
demikian CBSA merupakan suatu taktik atau strategi belajar mengajar yang
menuntut keaktifan dan partisipasi siswa dalam belajar sehingga siswa
mampu melakukan aktivittas dan prilakunya dalam belajar secara efektif
dan efisien.
Menurut
Nana Sujana dan Daeng Arifin (1988), indikator cara kerja belajar
mengajar aktif dalam suatu kegiatan belajar mengajar dapat dilihat dari
segi : (1) siswa, (2) guru, (3) program, (4) situasi belajar, (5) Sarana
belajar.
Dari sudut pandang CBSA dapat dilihal kegiatan dan akrtivitas siswa dalam hal :
• Keinginan dan keberanian untuk menampilkan minat kebutuhannya
• Keinginan dan keberanian untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan proses dan kelanjutan belajar.
• Kekreatifan untuk menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar sampai mencapai suatu keberhasilan
• Keleluasaan dalam melakukan aktivitas belajar tanpa tekanan dari guru
Sementara dari sudut pandang guru, CBSA dapat dilihal dari kegiatan atau aktivitas guru dalam hal :
• Mendrong dan membina gairah dan keaktifan siswa dalam belajar
• Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keinginannya.
• Menggunakan berbagai jenis metode dan media mengajar.
Dari sudut pandang program, CBSA dapat dilihal dari :
• Tujuan, konsep dan isi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa
• Kejelasan dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa
• Kelengkapan bahan pelajaran yang mengandung fakta, konsep dan keterampilan
Dari sudut pandang situasi belajar, CBSA dapat dilihal dari :
• Hubungan yang harmonis dan erat antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, dan guru dengan guru serta dengan unsur pimpinan
• Kegairahan
dan kegembiraan belajar siswa dalam mendorong motivasi dan keleluasan
untuk mengembangkan cara belajarnya masing-masing.
Sedangkan dari sudut pandang sarana belajar, CBSA dapat dilihat dari :
• Ketersediaan sumber belajar bagi siswa
• Keleluasaan dalam melakukan kegiatan belajar dengan waktu yang fleksibel
• Kelengkapan jenis media pengajaran
• Keleluasaan kegiatan belajar siswa yang tidak terbatas di dalam kelas saja.
Raka
Joni (1979) dalam Sujana dan Daeng Arifin (1988) mengemukakan alasan
perlunya CBSA dalam suatu kegiatan belajar mengajar dengan didasarkan
atas asumsi : (1) pendidikan yang memanusiakan manusia atau membudayakan
manusia; (2) siswa merupakan manusia yang memiliki potensi untuk
berkembang, memiliki kemampuan yang berbeda, insan yang aktif, kreatif
dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya, dan memiliki motivasi untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya; (3) guru bertanggung jawab untuk
tercapainya hasil belajar siswa; (4) proses pengajaran dilaksanakan
sebagai suatu sistem terjadinya interaksi dengan siswa dengan lingkungan
yang diatur oleh guru, menggunakan metode dan tehnik yang tepat dan
berdaya guna, menekan pada proses dan hasil secara seimbang, dan adanya
kegiatan siswa belajar secara optimal.
CBSA
penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar harus tercermin dalam
satuan pelajaran dan dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru yang akan
menerapkan CBSA harus memikirkan hal apa saja yang akan dilakukan oleh
siswa dan guru di dalam kelas serta menuangkan secara tertulis dalam
satuan pelajaran yang memuat tujuan pembelajaran khusus (TPK) dan cara
pencapaian tujuan tersebut dengan peluang yang menuntut kegiatan belajar
siswa yang optimal. Bahan pelajaran harus menantang siswa untuk aktif
mempelajarinya, sementara kegiatan belajar siswa ditetapkan secara
sistematik yang mencerminkan adanya kegiatan belajar bersama, kegiatan
kelompok dan kegiatan individu. Sementara itu, prinsip-prinsip
pengaktifan siswa dalam belajar, menurut Conny Semiawan dkk (1985),
adalah bahwa hendaknya guru menerapkan pembelajaran yang menantang dan
merangsang daya cipta siswa untuk menemukan dan mengesankan dengan
berpatokan pada : (a) motivasi, (b) latar atau konteks, (c) keterarahan
pada titik fokus tertentu, (d) hubungan sosial, (e) belajar sambil
melakukan, (f) perbedaan, (g) penemuan, dan (h) pemecahan masalah.
Penerapan
CBSA adalah melaksanakan satuan pelajaran yang telah dibuat sebelumnya
yang tentunya mencrminkan pemikiran-pemikiran kegiatan guru dan siswa
dengan bahan dan alat yang dapat mendorong aktivitas siswa secara aktif
Rencana yang sudah tertuang dalam satuan pelajaran guru memfasilitasi
siswa belajar secara aktif dalam kegiatan belajar yang nyata. Beberapa
ciri yang seyogyanya tampak dalam penerapan CBSA, yakni : (1) situasi
kelas menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang bebas tapi
terkendali, (2) guru tidak mendominasi kelas tetapi banyak memberikan
rangsangan kepada siswa untuk berpikir, (3) guru menyediakan sumber
belajar yang dibutuhkan oleh siswa, (4) kegiatan belajar siswa
berpariasi, adanya kegiatan belajar bersama, kelompok, dan individu yang
diatur secara sistematik dan terencana, (5) hubungan siswa dan guru
yang harmonis dan menyenangkan, (6) situasi dan kondisi kelas yang
sewaktu-waktu bisa berubah sesuai dengan kebutuhan, (7) menekankan pada
hasil dan proses belajar yang dicapai dan dilakukan siswa, (8) adanya
keberanian siswa dalam mengajukan pendapat, (9) guru menghargai pendapat
siswa baik yang benar ataupun yang salah.
Dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang merupakan CBSA hendaknya
memperhatikan prinsip yang dapat mendorong siswa melakukan kegiatan
belajar yang optimal. Prinsip yang dapat menumbuhkan dan mendorong siswa
untuk belajar secara aktif yakni : (1) stimulus belajar yang berupa
pengulangan untuk membantu siswa memperkuat pemahamnnya dan siswa
menyebutkan kembali pesan yang disampaikan guru tadi, (2) perhatian dan
motivasi belajar siswa perlu diperhatikan selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung, (3) respon yang dipelajari siswa harus menunjang
tercapainya tujuan instruksional dengan banyak melakukan kegiatan
belajar siswa yang dapat ditempuh melalui respon fisik dan respon
intelektual, (4) Penguatan yang dapat memenuhi kebutuhm siswa, dan (5)
pemakaian dan pemindahan informasi yang dapat digunakan kembali apabila
diperlukan dengan memperluas pembentukan asosiasi yang dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari
pada situasi lain yang serupa di masa datang (Nana Sujana dan Daeng
Arifin, 1988).
F. Pokok Bahasan Globalisasi
Berdasarkan
Suplemen GBPP IPS untuk SD dijelaskan bahwa kurikulum mata pelajaran
IPS SD Tahun 1999 terdapat beberapa masalah yang mesti mendapatkan
perhatian atau disempurnakan. Beberapa masalah pokok berdasarkan hasil
kajian yang dilakukan oleh guru, ahli materi, ahli pendidikan
diantaranya adalah :
• Bagian pendahuluan dari GBPP IPS seperti pengertian, fungsi, tujuan dan rambu-rambu kurang jelas
• Perumusan tujuan kurang jelas
• Cakupan materi terlalu luas
Beberapa
materi dalam pokok bahasan atau sub pokok bahasan kurang bermakna. Oleh
karena alasan-alasan tersebut, seplemen kurikulum 1999 dilakukan secara
bertahap. Pada tahapan ini, penyempurnaan yang telah dihasilkan,
menurut Suplemen GBPP (1999:14) diantaranya adalah :
• Perbaikan dan penyerderhanaan beberapa tujuan kelas dan tujuan pokok bahasan
• Penyempurnaan bagian pendahuluan GBPP, yaitu untuk pengertian fungsi, tujuan, ruang lingkup, serta rambu-rambu
• Perbaikan
dan pengurangan beberapa pokok bahasan/ sub pokok bahasan/uraian
pembelajaran karena terlalu sulit dan kurang relevan untuk siswa
• Penundaan pokok bahasan/sub pokok bahasan untuk diajarkan di SLTP.
• Pemindahan bahan kajian ke dalam kelompok bahan kajian yang sama
• Pemberian batasan yang lebih lebih jelas untuk beberapa pembelajaran agar guru tidak terlalu dalam/luas membahasnya.
Berdasarkan
rambu-rambu yang terdapat dalam Suplemen GBPP Tahun 1999 dijelaskan
bahwa alokasi waktu yang disediakan untuk pelajaran IPS di Kelas VI
Sekolah Dasar adalah 3 jam per minggu. Lebih lajut dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajarnya, guru dapat memilih dan menetapkan metode
mengajar yang tepat dan sesuai dengan menekankan pada kegiatan belajar
mengajar yang bervariasi dan memanfaatkaan sarana dan sumber daya yang
tersedia secara maksimal. Sementara penilaian hasil belajar mengajar
mencakup aspek pengetahuan dengan mengutamakan penaralaran melaui tes
uraian terbatas, nilai dan sikap serta keterampilan.
Pokok
bahasan Globalisasi, berdasarkan suplemen GBPP IPS SD Kelas VI,
diajarakan pada semester 1 dengan sub pokok bahasan yaitu "Globalisasi".
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Disain Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu kepada
tindakan guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar sebagai
upaya untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar berdasarkan refleksi
dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Upaya perbaikan terhadap
kegiatan belajar mengajar berdasarkan permasalahan yang ditemui di dalam
kelas merupakan tugas dan tanggung jawab guru untuk senantiasa
melakukan perubahan-perubahan yang dirasakan perlu dari kegiatan belajar
mengajar tersebut.
Disain
Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini dirancang untuk dapat
menyelesaikan satu pokok bahasan yang, akan dilaksanakan secara
berkelanjutan dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus akan
dilaksanakan sesuai dengan perubahan atau perbaikan pembelajaran yang
ingin dicapai seperti yang digambarkan pada pertanyaan penelitiannya.
Untuk dapat metihal keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
IPS di Kelas VI akan dilakukan terlebih dahulu pembelajaran IPS di Kelas
VI sebagai observasi awal dengan menggunakan lembar observasi yang
telah disiapkan terlebih dahulu.
Dari
evaluasi dan pengamatan pada saat melakukan dahulu pembelajaran IPS di
Kelas VI maka dalam refleksi akan ditetapkan tindakan-tindakan yang akan
dilakukan dalam upaya untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
dalam kegiatan belajar mengajar dalam mata pelajaran IPS di Kelas VI
melalui penerapan metoda belajar secara berkelompok.
Disain
penelitian yang dirancang terdiri dari (a) perencanaan tindakan, (b)
pelaksanaan tindakan. (c) observasi/refleksi, dan (d) perencanaan
tindakan lanjutan (Depdikbud, 1999). adapun disain penelitian secara
visual dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
B. Alasan Penggunaan Penetitian Tindakan Kelas
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu alternatif metode penelitian
yang dapat dilaksanakan oleh guru untuk mengetahui tingkat kemajuan
bidang pendidikan terutama bagi kepentingan kelas atau sekolah dimana
guru itu mengabdikan ilmunya. Selain PTK ada beberapa, jenis metode
penelitian yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengetahui tingkat
kemajuan dalam bidang pendidikan. Metode penelitian yang digunakan
tersebut berupaya untuk mengetahui tentang pembelajaran, metode
pengajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarana serta hal yang,
berkaitan dengan dunia pendidikan.
Guru
sebagai seorang yang selalu berinteraksi dengan para siswa sering
menemukan berbagai masalah dan persoalan yang menyangkut tentang
bagaimana cara memberikan materi pelajaran agar dapat dipahami oleh
siswa dengan baik sesuai harapan dan tujuan yang hendak dicapai.
kadang-kadang guru menemukan persoalan tentang keadaan dan kondisi kelas
yang kurang kondusif bahkan kadang-kadang guru kurang menyadari
penggunaan metoda mengajar yang kurang tepat dan sesuai. Hampir setiap
orang guru pernah menemukan atau mendapatkan kesulitan dalam hal
tersebut. Dengan berbagai cara guru tadi mencoba menggunakan pendekatan
pembelajaran yang dapat mengatasi kesulitan tersebut tetapi hasilnya
kurang dapat mengatasinya. Peranan guru dalam mengatasi permasalahan
pendidikan sangatlah penting sehingga guru dituntut untuk dapat
memperbaikinya dengan melakukan penelitian terhadap pelaksanaan tugas
mengajarnya baik secara sendiri-sendiri atau bekerja sama dengan guru
lain melalui penelitian tindakan kelas untuk mengatasi persoalan atau
permasalahan yang ditemukannya.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi
adalah keseluruhan subyek penelitian yang dijadikan sumber data
penelitian (Arikunto 1997 : 155). Populasi tidak saja terdiri dari
manusia tetapi dapat berupa benda, hewan atau situasi tertentu yang
dapat dijadikan sumber data atau informasi yang diperlukan dalam
penelitian.
Berdasarkan
pengertian di atas, maka yang menjadi populasi dalam pengertian ini
adalah manusia, yaitu siswa UPTD SD Negeri Sukamukti I yang duduk di
Kelas VI semester I tahun pelajaran 2007/2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar