Minggu, 24 Juli 2016

CONTOH PTK (Penelitian Tindakan Kelas) IPA & IPS

CONTOH PTK (Penelitian Tindakan Kelas) IPA  & IPS

KAMI MEMBANTU ANDA MENYUSUN PTK/PTS LENGKAP, MURAH

 
  HUBUNGI KAMI DI 081222940294
 
 Untuk Melihat Detail Harga dan Katalog Judul PTK IPS Yang Kami Sediakan Silahkan klik Disini
                                                              
BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Pendidikan Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dan pengenalan pada anak untuk kehidupan dimasyarakat dan untuk jenjang pendidikan lebih tinggi. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menyiapkan diri dalam perananya dimasa akan datang. Oleh karena itulah keterampilan yang berkaitan dengan pemecahan masalah menjadi sangat penting sebagai bekal bagi peserta didik untuk mereka dapat hidup mandiri di lingkungan masyarakat serta membantu mereka dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam  Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  (KTSP)  dinyatakan bahwa, “Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan  standar  minimum  yang  secara  nasional  harus  dicapai  oleh peserta  didik  dan  menjadi  acuan  dalam  pengembangan  kurikulum  di  setiap satuan  pendidikan” (Depdiknas, 2006:47).  Pencapaian  SK  dan  KD tersebut pada pembelajaran IPA didasarkan  pada  pemberdayaan  peserta  didik  untuk membangun    kemampuan,    bekerja    ilmiah,    dan    pengetahuan    sendiri yang  difasilitasi oleh guru dengan berorientasi kepada tujuan kurikuler Mata Pelajaran IPA. Salah satu tujuan kurikuler pendidikan IPA di Sekolah Dasar adalah “Mengembangkan   keterampilan   proses   untuk   menyelidiki   alam sekitar,  memecahkan masalah dan membuat keputusan;” (Depdiknas, 2006: 48). Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA, guru sebagai pengelola langsung pada proses pembelajaran harus memahami karakteristik (hakikat) dari pendidikan IPA sebagaimana dikatakan (Depdiknas, 2006:47), bahwa:
Ilmu  Pengetahuan  Alam  (IPA)  berhubungan  dengan  cara mencari  tahu  tentang  alam   secara   sistematis,   sehingga   IPA bukan   hanya   penguasaan   kumpulan  pengetahuan  yang  berupa fakta-fakta,  konsep-konsep,  atau  prinsip-prinsip  saja  tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi  wahana  bagi  peserta  didik  untuk  mempelajari  diri sendiri  dan  alam  sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam  kehidupan   sehari-hari.   Proses pembelajarannya   menekankan   pada   pemberian  pengalamanlangsung  untuk  mengembangkan  kompetensi  agar    menjelajahi dan  memahami  alam  sekitar  secara  ilmiah.  Pendidikan  IPA diarahkan  untuk  inkuiri   dan   berbuat   sehingga   dapatmembantu   peserta   didik   untuk   memperoleh  pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Karakteristik pendidikan IPA yang digariskan oleh Departemen Pendi-dikan Nasional sejalan dengan pandangan para pakar pendidikan IPA di tingkat Internasional.  IPA  merupakan perwujudan dari suatu hubungan dinamis yang mencakup tiga faktor utama, yaitu: IPA sebagai suatu proses dan metode (methods and processes); IPA sebagai produk-produk pengetahuan (body of scientific knowledge), dan IPA sebagai nilai-nilai (values). IPA sebagai proses/metode penyelidikan (inquiry methods) meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk memperoleh produk-produk  IPA  atau  ilmu  pengetahuan  ilmiah,  misalnya  observasi, pengukuran,  merumuskan  dan  menguji  hipotesis,  mengumpulkan  data,bereksperimen, dan prediksi. Dalam wacana sepert itu maka IPA bukan sekadar cara bekerja, melihat, dan cara berpikir, melainkan ‘science as a way of knowing’. Artinya, IPA sebagai proses juga dapat meliputi kecenderungan sikap/tindakan, keingintahuan, kebiasaan berpikir, dan seperangkat prosedur. Sementara nilai-nilai (values)  IPA berhubungan dengan tanggung jawab  moral, nilai-nilai sosial, manfaat  IPA untuk  IPA dan  kehidupan  nanusia,  serta  sikap  dan  tindakan (misalnya,  keingintahuan,  kejujuran,  ketelitian,  ketekunan,  hati-hati,  toleran, hemat, dan pengambilan keputusan).
Tujuan pembelajaran IPA di jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien, dan efektif. Di samping itu, siswa diharapkan dapat menggunakan IPA dan pola pikir IPA dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan IPA.
IPA sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai sangat memegang peranan penting karena IPA dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien. Oleh karena itu, pengetahuan IPA harus dikuasai sedini mungkin oleh para siswa.
Berdasarkan fungsi pendidikan nasional di atas, maka peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah, selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di kelas. Orang tua juga mempunyai harapan, dengan memasukkan putra-putri mereka ke sekolah agar putra-putri mereka kelak menjadi anak-anak yang pandai dengan memiliki prestasi yang menonjol di semua mata pelajaran, utamanya mata pelajaran akademik. Guru dan sekolah juga mempunyai harapan agar para siswa memiliki prestasi yangk menonjol disemua mata pelajaran.
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik, antara lain: memiliki metode strategi dan model pembelajaran yang sesuai sehingga dapat menemukan yang sesuai bagi dirinya. Apabila guru telah menemukan model strategi, metode yang tepat dan sesuai bagi dirinya dan anak didik maka suasana pembelajaran menjadi lebih kreatif, dinamis, tidak monoton dan menyenangkan, sehingga dapat memberikan rasa puas bagi anak didik. Dampak selanjutnya pemahaman terhadap konsep-konsep IPA yang dipelajari anak didik menjadi lebih bermakna, lebih kuat dan berdaya guna, sehingga hasil belajar anak didik menjadi lebih baik.
Pada dasarnya, IPA adalah pemecahan masalah karena itu, IPA sebaiknya diajarkan melalui berbagai masalah yang ada disekitar siswa dengan memperhatikan usia dan pengalaman yang mungkin dimiliki siswa. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Oleh karena itu, pembelajarannya harus kontak dengan kehidupan nyata siswa.
Berdasarkan hasil observasi awal di SDN Johowinong I Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang maka ditemukan beberapa fakta, yaitu kurangnya minat belajar dan hasil belajar siswa. Hal tersebut terlihat saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Pembelajaran IPA di kelas tersebut dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan LKS bentuk eksperimen pada awalnya menarik minat dan mengaktifkan siswa untuk belajar konsep itu. Dengan diberikannya LKS untuk menguji. Meskipun beberapa pertanyaan dalam LKS dapat dijawab dengan baik,  tapi ada beberapa siswa yang mendapat nilai kecil. Hal ini terbukti daria hasil tes yang telah peneliti berikan.
Selain itu, kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas telah menghambat kelancaran aktivitas belajar mengajar. Kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti tidak dimanfaatkan dengan baik oleh siwa. Guru mengajar dengan menggunakan metode yang monoton yaitu metode ceramah, sehingga siswa cenderung bosan dalam pembelajaran. Aktifitas siswa dalam menjawab, menyelesaikan tugas-tugas masih sangat kurang.
Dengan kondisi seperti itu dipandang perlu diadakan perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu cara untuk meningkatkan pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode yang tepat yaitu metode demonstrasi. Setelah peneliti renungkan dan bersarkan kajian teori-teori pengolaan kelas, diantaranya penggunaan metode demonstrasi, maka peneliti menemukan solusi untuk perbaikan pembelajaran tersebut.
Metode yang dipakai dalam pendidikan dan pengajaran dalam konteks didaktik metodik umum adalah metode demonstrasi. Pada awalnya metode demonstrasi merupakan teknik penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada anak didik mengenai suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik yang sesungguhnya maupun tiruan, yang disertai dengan penjelasan secara lisan.” Metode demonstrasi akan sangat membantu pemahaman anak didik terhadap bahan pengajaran karena disertai dengan peragaan sehingga menghindari terjadinya verbalisme, disamping untuk menumbuhkan sikap penghayatan terhadap materi pengajaran karena materi langsung diperagakan. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN Johowinong I, maka tepatlah kiranya apabila peneliti merumuskan judul penelitian :
Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas IV Tentang Sifat-Sifat Benda Melalui Demonstrasi Dalam  Pelajaran IPA SDN Johowinong I Mojoagung Jombang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar